Selasa, 04 Juni 2013

Sistem pencernaan pada hewan Ruminansia

SISTEM PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA

Hewan memamah biak ( Ruminansia ) adalah hewan herbivora murni, contohnya sapi, kerbau, dan kambing. Disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanannya sebanyak dua fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Makanan hewan ruminansia berupa rumput atau tumbuhan. Sel tumbuhan tersusun dari bahan selulosa yang sulit dicerna. Oleh karena itu susunan gigi Hewan Ruminansia berbeda dengan manusia.Gigi yang berkembang pada hewan ruminansia adalah gigi geraham karena diperlukan untuk mencernakan makanan yang berserat. Gigi seri diperlukan untuk menjepit dan memotong makanan berupa rumput. Oleh karena itu, hewan ruminansia mempunyai sistem pencernaan dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan omnivora. 
Lambung ruminansia seperti domba, kerbau dan sapi terdiri atas rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam). Rumput yang ditelan masih kasar dan masuk ke dalam rumen dan retikulum untuk menjalani proses pencernaan secara mekanik oleh gerakan dindingnya yang tebal. Pencernaan tersebut terjadi secara kimia oleh fermentasi (respirasi anaerob) sehingga dihasilkan bubur makanan yang relatif masih kasar. 
Jika sudah merasa kenyang, pemasukan makanan dihentikan. Makanan yang berupa bubur kasar dari retikulum sedikit demi sedikit akan dikembalikan ke mulut dan mengalami pencernaan secara kimia oleh air ludah yang ber-PH netral. Di dalam mulut, selulosa alam akan diubah menjadi glukosa oleh enzim selulose. Selain itu , glukosa akan diubah menjadi asam lemak, CO2, dan CH4. Setelah dari mulut, makanan yang menjadi lebih halus akan masuk ke omasum dan mengalami pencernaan secara mekanik, kemudian akan diteruskan ke dalam abomasum. Abomasum serupa dengan lambung manusia. di dalam abomasum, makanan akan mengalami pencernaan secara mekanik oleh dinding abomasum dan pencernaan secara kimia oleh enzim-enzim yang dihasilkannya. Di dalam abomasum juga terjadi pencernaan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan hewan tersebut. Makanan dari abomasum masuk ke dalam usus halus untuk dicernakan lebih lanjut.
Pada ruminansia, terdapat enzim selulose yang berfungsi mencerna selulosa. Enzim ini tidak terdapat pada manusi. Adapun pada kuda, pencernaan selulosa terjadi hanya satu kali, yakni didalam usus buntu. Oleh karena itu, feses sapi dan kerbau lebih halus daripada feses kuda. 
Saluran pencernaan hewan memamah biak (Ruminansia)
Saluran pencernaan hewan ruminansia terdiri atas organ-organ berikut :
1. Rongga Mulut (Cavum Oris)
Gigi yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan mamalia lain dalam hal berikut.
a. Gigi seri (insisivus) mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput.
b. Gigi taring (caninus) tidak berkembang.
c. Gigi geraham belakang (molare) berbentuk datar dan lebar. Makanan yang direnggut dengan bantuan lidah secara cepat dikunyah dan dicampur dengan air liur dalam mulut, kemudian ditelan masuk ke dalam lambung melalui esofagus.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di sini tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar 5 cm.
3. Lambung
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.
Bagian - Bagian Lambung Hewan Ruminansia.

a. rumen (perut besar/perut urat daging),
b. retikulum (perut jala),
c. omasum (perut buku), 
d. abomasum (perut kelenjar/perut masam)
Ukuran ruangan tersebut bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%. Mula-mula makanan masuk ke dalam rumen. Makanan yang masuk ke lambung ini telah bercampur dengan ludah yang bersifat alkali sehingga memberi suasana basa dengan pH ± 8,5.
Selanjutnya, dalam lambung sapi berlangsung proses pencernaan sebagai berikut:
a. Rumen
Rumen berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang ditelan. Setelah rumen cukup terisi makanan, sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan Protozoa. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida, misalnya enzim: hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase, dan enzim selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim proteolitik; dan enzim pencerna lemak.
b. Retikulum
Di dalam retikulum makanan diaduk-aduk kemudian dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum. Kemudian, gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah lebih sempurna (dimamah kedua kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum.
c. Omasum
Di dalam omasum terdapat kelenjaryang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), kemudian gumpalan makanan diteruskan keabomasum.
d. Abomasum
Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan sebenarnya secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya, enzim pepsin merombak protein menjadi asam amino.
Asam klorida (HCl) selain mengaktifkan pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum, juga sebagai desinfektan (zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang sangat rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein bagi hewan memamah biak. Dengan demikian, hewan memamah biak tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Kemudian, makanan yang telah halus dari ruang abomasum didorong masuk ke usus halus. Di usus halus ini sari-sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Selanjutnya sisa makanan keluar melalui anus.
Secara singkat, Alur Mekanisme Pencernaan Hewan Ruminansia adalah sebagai berikut:
Mulut => kerongkongan => rumen => retikulum => kerongkongan => orasum =>
abomasum => usus halus => usus besar => anus
(Sumber: Sentra-Edukasi.com dan Pustakasekolah.com)